Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2023

Jangan Nanti, Tapi Sekarang

Dalam meretas kehidupan kita dibekali dengan durasi waktu yang sama, 24 jam. Waktu berjalan dan terus berputar pada detik dan menit yang sama. Tentunya setiap hembusan waktu akan tertakar berbeda-beda pada setiap orang. Namun, yang pasti rotasi itu akan berjalan dengan kuasa yang telah ditentukan.  Waktu tak akan menunggu untuk diperpendek atau diperpanjang. Dia tak akan berhenti dan tentunya tak akan terulang dengan posisi yang sama antara hari ini dan esok nantinya. Banyak dari kita yang mewarnai goresan waktu dengan kesia-siaan semata.  Merengkuh dan mendekap waktu dengan posisi yang sama tapi tak memaksimalkan arti dan makna waktu yang seharusnya. Selalu menautkan bait waktu yang sama antara hari ini dan esok sehingga rotasinya sama dan menyalin tuturan yang sama pula kemarin dan hari ini. Namun,  diberanda yang berbeda, banyak dari kita yang sibuk mendendangkan waktu dengan memanfaatkan secara bijak. Menorehkan tinta positif akan setiap detik dan mengukir menjadi pusara kesuks...

Biarkan Mereka Memilih Warna, Jangan Kebiri Hidupnya

Kehidupan selalu menawarkan keutuhan rasa yang berbeda. Ada siang, ada malam, dan rotasi itu berputar pula pada kisaran hubungan yang terbentuk. Semakin meluasnya pola relasi yang kita bentuk maka semakin menjadi penanda Anda merupakan bagian dari sistem yang ada. Maka, sudah menjadi keharusan kita menjaring relasi dengan saling mengenal satu sama lain. Eratnya hubungan yang terbentuk akan menjadi suatu alarm untuk lebih bijak dalam mengarungi realitas yang ada. Semakin erat koneksitas terbentuk akan bermuara pada titik kepercayaan satu sama lain. Hal ini berlaku surut pula pada kualitas hubungan antara guru dan orang tua siswa. Sebab tanggung jawab besar bukan hanya terletak pada pundak sang gurunya, akan tetapi jalinan hubungan yang elegan harus melibatkan semua stakeholder yang ada. Sehingga koneksitas mampu tertaut dengan kesantunan dan keberhasilan dalam membangun generasi yang baik ke depannya. Salah satu momen yang tak bisa kita kebiri dengan lantang adalah bagaimana komunikasi ...

Kami Berbeda

Stasiun kereta mulai lengang pada malam hari. Peron dan lampu menjadi pemandangan indah untuk dilihat setelah seharian berkutat di depan layar monitor untuk bekerja. Di sana duduk seorang perempuan dengan headset putihnya. Ia terlihat asyik mendengarkan lagu. Tampak kakinya menari-nari kecil, sesekali bibirnya mencoba menirukan nyanyiannya. Aku tertawa kecil melihatnya. “Kereta tujuan Tangerang akan berangkat pukul 09:15. Penumpang diharapkan bersiap di samping peron.” Suara pengumuman dari petugas stasiun telah dikumandangkan. Aku bergegas menuju samping peron, begitu juga gadis itu. Ini kali pertama aku melihatnya, namun dirinya terasa hangat bagiku. Seketika ia menyadari bahwa aku menatapnya. Ia tersenyum kecil dan aku pun tersipu malu. Kami menaiki kereta yang sama dengan gerbong yang berbeda. Ia menghilang dan kami tak bertemu lagi. Malamku terasa berbeda, semuanya terasa menggembirakan. Padahal hari ini aku baru saja mendapat teguran dari atasanku karena terlambat menyerahkan lap...

Merekah Makna dari Pelangi

Labuhan kehidupan akan selalu mengalun di setiap proses yang ada. Semua akan bertarung dengan juntaian yang akan berkesudahan pada akhirnya. Ibarat perputaran alam yang bersahut silih berganti, ada saatnya musim akan merengkuh pada titik yang telah tertakdirkan keberadaannya. Namun yang pasti, di bilah rotasi pasti akan ada gumpalan rasa yang bertasbih dengan rupa yang berbeda pula. Seperti pelangi yang melengkung dengan senyumannya kala hujan menjeda dalam rotasi waktu. Maka elok rasanya kita sedikit menundukkan jiwa sembari mengambil hikmah akan senyuman pelangi, karena ada makna yang tertoreh walaupun dia hanya bersahut sejenak. Jika kita menginginkan pelangi di kehidupan, seyogyanya kita mampu bertahan dan bersabar pada derasnya hujan cobaan dalam kehidupan. Hargai setiap proses yang datang jika kita ingin mendapatkan eloknya pelangi karena pada esensinya bukan hanya elegannya keberhasilan yang perlu kita tempatkan di posisi tertinggi dalam hidup. Melainkan kegagalan sebagai fatwa ...

Kuatkah Engkau untuk Menguatkan

Seberapa kuatkah kita dalam meretas kehidupan? Tak ada ukuran yang bisa menebak secara pasti kekuatan seseorang dalam menapaki suatu etape dalam kehidupannya. Namun yang pasti, pribadi yang kuat bukan berdasarkan besarnya massa otot atau seberapa sixpack lekukan di perutnya. Kekuatan sebenarnya adalah kemampuan hati yang terus berkembang dan menyadari betul kelemahan yang dia miliki. Serta mampu mengambil pembelajaran hidup dari kelemahan yang dimiliki sehingga mampu bertransformasi untuk lebih baik kedepannya.  Kebugaran tubuh dan daya centang biru pada posisi seseorang bukan indikator kekuatan yang valid. Populer dengan bergelimang harta tidak serta-merta akan menjelma menjadi sosok yang kuat di bilik realitas, sebab bisa jadi acuan aksesoris hanya penghias sesaat dan akan menggelinding pada posisi yang tidak pasti kedepannya. Pribadi yang kuat adalah suatu olahan dari mental yang produktif, bersandar pada hati dan merangkai sikap dengan bijak dalam melakukan pekerjaannya. Maka tak ...

Tumpukan Pertanyaan

Banyak orang yang mendambakan tinggal di rumah dengan lingkungan yang bersih, damai, jauh dari bisingnya suara mesin limbah yang memekakkan telinga, dan juga memiliki tetangga yang bergotong-royong. Tapi tidak denganku, aku sangat nyaman berada di rumah yang penuh dengan kardus bekas dan koran-koran yang kertasnya mulai menguning. Ibu dan adikku juga tinggal di bawah atap ini. Sementara aku tak tahu di mana ayah. Tak perlulah aku bertanya pada ibu tentang ayah atau aku akan dimarahi. Rumah koran kami berada di belakang perumahan mewah. Perbatasan wilayahnya adalah tembok besar nan menjulang tinggi namun sudah bolong di sana dan sini. Entah siapa yang merusaknya, setidaknya bolong itu cukup untuk dilewati tubuh mungilku dan adikku. Setiap hari kuperhatikan anak-anak pemilik rumah mewah di sini berangkat dan pulang sekolah, diantar jemput dengan mobil yang mesinnya tidak bersuara. Tak jarang aku saksikan saat matahari baru saja absen, ibu mereka berlarian kecil membawakan segelas susu. L...

Sampai Tiba Kala Itu

Hatiku kadang berperasa Ajal kian hari berdekatan Bagai pelita hampir redup Andaikata angin bertiup lantas ia akan mati Mata-mata rahasia telah mengintaiku Dia dekat, begitu dekat Berhampiran dengan diriku Bagai angin yang menelisik tubuhku dan laksana angin tiada nampak namun dirasa Tanda-tanda Sang Tuhan lalu tampakkan Lalu aku hiraukan bagai hembusan angin menerpa-nerpa Ia goda aku dengan hal manis Suguhkan-Nya anggur hitam memabukkan diriku Padahal ajal sudah Berada di hadapanku Sampai tiba kala itu Tak tahu-menahu aku sudah candu Anggur hitam itu telah memperdalam lautan kenistaan Kurasakan begitu sakit Amboy, amat dahsyat! Berkali lipat ganda sakit dirasa Bagai dicambuk dengan baja yang dipanaskan Di atas api tak lagi merah melainkan bercampur hitam Pedih, perih, luka berhingga bercucur darah nan bernanah Tak kuasa aku merasa Ajal t‘lah tiba Lidah kelu tiada berkata Aku terpejam tiada memejam Dan sekarang badanku tertinggal di kehinaan Sedang rohku memulai perjalanan Sebuah neger...

Kasih yang Terabaikan

Pagi itu burung-burung berkicau dengan merdu. Mengawali pagi yang indah. Dipadu dengan kokok ayam jantan bersahutan. Menandai bahwa sebentar lagi pagi buta segera digantikan dengan hangatnya mentari pagi. Yan segera terbangun menyapa ketatnya suasana asrama. Asrama yang selama ini dibangun dan dibentuk sesuai imajinasi para pembentuknya. Tanpa terasa Yan sudah berada di tingkat tiga. Ini menandakan, ia sudah cukup berumur untuk menikmati hidup di asrama ini. Pak Yin yang dulu menjadi pembina asrama tiga tahun lalu juga tugasnya telah usai. Ya, usai dari tugas khususnya. Tugasnya kini telah dialihkan ke Pak Change. Tentu dengan kriteria dan harapan semoga lebih baik ke depannya. Suasana atmosfer asrama yang lebih baik dan teratur. “Tingkah dan laku yang lebih baik dari kami tentunya,” pikir Yan. “Tapi apa iya?” lanjutnya. Yan sudah merasa seperti melewatkan lima tahun di sekolah ini. Meski ia sesungguhnya baru di awal tahun ketiga berada di sini. Kedisiplinan, tata krama, dan semacamnya...

Aku dan Embun Pagi

Aku yang sendiri kala itu Melangkahkan kaki bak di dunia lain Yang tak satu pun wajah kukenal dalam satu waktu Tapi dengan senyuman mereka, aku tahu aku takkan sendirian Aku yang sendiri kala itu Menapaki tiap jengkal tanahnya Bergumam dalam hati kecilku Aku takkan kesepian bersama mereka Dan Aku yang sendiri kala itu Menikmati tiap bulir embun paginya Bergumam bahwa aku pun tidak akan pernah layu bersama mereka *** Kulepas semua yang kuinginkan Sebuah lagu, yang menjadikan hatiku begitu lapang Saat menemukan kecewa dalam nyata Sebuah lagu yang menjadikanku begitu tenang Saat menemukan pedih dan perih yang menyakiti hati Banyak kisah Yang memang tak sesuai harapan dan doa Namun lagu ini menjadikan kecewa, sedih, dan perih itu mengalir bagai air Bahkan menguatkan, bahwa semua yang kuanggap baik, bukan yang terbaik dari-Nya Kulepas semua yang kuinginkan Baca juga : Kebersamaan di Asrama Terpencil Penulis : Hijriah Syam Editor : Irfani Sakinah Ilustrasi : Yati Paturusi Gambar : pixabay....

Bias Berilmu, Rapuh Berakhlak

Seberapa besar kita merasa bisa melakukan sesuatu? Seberapa besar kita mampu menahan diri untuk merenungi diri akan batas kemampuan yang kita miliki? Dentuman pertanyan-pertanyaan ini bukan sekedar mampu kita alunkan di benak, akan tetapi perlu diresapi dalam hati. Banyak sesumbar yang kadang kita legalkan dalam logika, mendongakkan kepala seraya melantang bahwa tanpa saya semua tak akan mampu berbuat. Alangkah dangkalnya pemikiran seperti itu. Sejatinya pribadi yang berilmu tidak akan pernah merasa hebat atau angkuh dengan keadaan, sebab putaran waktu selalu menjadi alarm nyata pada kita. Tidak ada yang mampu berjuang dengan sendirinya tanpa kawalan orang lain. Namun, terlepas dari narasi yang tertoreh kita masih belum bisa berdiri tegak dengan konstruksi kemampuan yang ada. Jasad ini bukan anti gores yang tidak dapat terluka. Mengapa realitas banyak menyuguhkan cerita orang yang berpendidikan tinggi justru mengejar jauh dari poros asalnya. Karena banyak yang menuntut ilmu tinggi hany...

My Friend, Superman

Sebelum kita mengenal istilah Salafi, temanku ini sudah mengenalnya lebih dulu. Orang-orang menganggapnya asing karena tidak bersalaman dengan perempuan. Ia juga tidak menatap lawan jenis dan selalu menundukkan kepala saat jalan. Ia tidak mendengarkan musik dan potongan celana yang dikenakannya berada di atas mata kaki. Bagi orang lain, ia terlihat aneh dan sering dikucilkan. Tapi bagiku, ia tetap kawan lama yang aku kenal sebelum masuk ke bangku SMA. Ia memang banyak berubah, tapi bukan berubah ke arah negatif. Malah menurutku itu positif. Ia membangunkan kami setiap subuh di saat orang lain tidak ada yang peduli. Ia mengingatkan kami untuk salat tepat waktu. Temanku ini membaca Alquran di saat kami belajar main gitar atau menonton acara uka-uka . Ia mengikuti kajian Sabtu dan Minggu saat kami mungkin berencana untuk nonton bioskop. Aku masih ingat waktu ia membawa kaset rekaman soal rukiah di mana ada dialog antara jin dan manusia dalam kaset tersebut. Kami semua di dalam kamar menyi...

Pilih Memulai, Sebelum Menuai

Hidup adalah pilihan. Seberapa besar kita memilih melakoni apa yang sudah kita labuhkan, maka sudah seharusnya prinsip dasar dari apa yang kita jadikan pilihan harus berisi komitmen dan tanggung jawab penuh dalam meniti proses yang ada. Memang pada hakikatnya memulai usaha dari nol membutuhkan asupan energi yang tidak kecil pula. Butuh keyakinan penuh akan setiap titian yang akan kita lalui. Apakah berbulir pada titik kegagalan atau sebaliknya mengalir pada kulminasi keberhasilan.  Yang pasti semua profesi selalu beririsan dengan resiko yang akan kita jumpai. Akan tetapi, dengan yakin dan percaya pada kekuatan yang kita miliki, tidak ada labuhan yang mustahil untuk kesuksesan di kemudian hari. Kerja keras dan pantang menyerah untuk terus berjuang adalah jiwa pebisnis yang unggul. Tidak ada tabuhan yang sia-sia kala kita merangkainya dengan kesungguhan hati sebab kekuatan bukan narasi yang sebatas tertulis, namun dia perlu pembuktian nyata dengan memulai dari sekarang. Tetap kobarka...