Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2021

Ada Hantu di Asrama (Part 6)

Sekuat tenaga Lile mencoba melepaskan diri dari ketindihan yang dialaminya sore itu. Kalimat ta’awuz berulang-ulang dibacanya dalam hati. Demikian juga Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas. Beruntung, hanya berselang 10 menit, ketindihannya berakhir. “Kenapa memang ki tidur waktu magrib?” tanya sang ibu setelah Lile menceritakan ketindihan yang baru dialaminya. “Kecapean ka , Bu, ndak sadar ka tertidur. Eh, tahu-tahu ketindihan pas mau bangun,” cerita Lile. Lile merasa ketindihannya kali ini lebih sakit dibanding dulu waktu di asrama. Sore itu, ia merasa lebih lelah. Bukan hanya karena perjalanannya dari Malino, tapi, ada sensasi aneh yang lebih kuat dirasakan Lile seperti menimpa tubuhnya. Usai makan malam, Lile dan ibunya duduk di balkon rumah. Ibunya banyak bertanya perihal sekolah Lile di Malino. Tetapi, Lile enggan bercerita panjang. Baginya, ada banyak hal yang menurutnya tak perlu diketahui oleh ibunya. “Bu, kita tahu apa itu Parakang?” tany...

Amanna Gappa dan Visi Maritim Nusantara

Judul Buku : Hukum Pelayaran dan Perdagangan Amanna Gappa Penulis : Philip O.L. Tobing Jumlah Halaman : 201 halaman Tahun Terbit : Cetakan kedua 1977 (cetakan pertama tahun 1961) Penerbit : Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan (YKSS) Buku ini berisi transliterasi dan terjemahan naskah lontara tentang hukum pelayaran dan perdagangan yang ditulis pada abad ke-17, tepatnya tahun 1676. Sosok tokoh sentral dalam buku ini, Amanna Gappa, merupakan orang Bugis dari daerah Wajo dan menjadi Matoa yang ketiga. Matoa adalah gelar untuk pemimpin yang diberikan tugas untuk mengatur pelayaran dan perdagangan orang-orang Wajo di pelabuhan Somba Opu (Makassar), yang merupakan major entreport atau salah satu jalur perdagangan internasional abad ke-17. Sebagai seorang Matoa , Amanna Gappa mewakili kepentingan orang Wajo dalam usaha pelayaran dan perdagangan kepada pemerintahan Gowa-Tallo di pelabuhan Makassar saat itu. Amann Gappa lalu berinisiatif mengumpulkan orang-orang Wajo dari berbagai daerah N...

Pengumuman Pemenang Tantangan Menulis #1

Salam anak gunung, salam literasi! Tujuh pekan lalu tepatnya awal bulan Februari 2021 Literasi Anak Gunung mengadakan Tantangan Menulis #1 yang bertemakan Smudama selama sebulan penuh. Tantangan menulis artikel ini diadakan dalam rangka memeriahkan Hari Jadi Smudama yang ke-24 yang jatuh pada tanggal 21 Februari. Sesuai dengan periode submit yang telah ditetapkan yakni dari tanggal 1 hingga 28 Februari 2021, total terdapat 13 naskah tulisan yang berhasil di- submit penulis di web celotehanakgunung.com . Beberapa tulisan peserta di antaranya memuat opini, cerpen, cerita bersambung (cerbung), dan puisi yang membawa kita menjelajahi kembali kenangan tentang sekolah andalan tercinta. Di antara naskah berikut, mana yang menjadi favoritmu? Naskah Peserta 1. Ada Hantu di Asrama (Part 1) 2. Tempat Yang Memanggilmu Pulang 3. Unlimited Friendship : Sahabat Rasa Saudara 4. Rumah Andalan 5. Ada Hantu di Asrama (Part 2) 6. Termokimia dan Sebuah Harap di 24 Tahun Smudama 7. Ada Dama di Smudama (...

Ada Hantu di Asrama (5)

Berkali-kali gagang pintu disentakkan, didorong, diketuk, bahkan Lile sempat menendangnya sekali dengan lutut. Tapi, pintu kamar tak kunjung terbuka. “Audzubillahi Minasyaitonirrajim,” Lile melafazkan kalimat ta’awuz dengan suara lantang. Berharap sosok di belakangnya segera pergi dan pintu kamar terbuka. Walaupun, ia sendiri tidak yakin apakah memang ada hantu di sana atau hanya perasaannya saja. Gerimis disertai angin kencang menerbangkan sebagian jemuran di teras kamar. Pakaian Lile juga basah karena terkena percikan air hujan. Udara semakin dingin dan ubin lantai serasa seperti es. Sekali lagi, Lile mencoba membuka pintu kamar. Kali ini dengan penuh kekuatan. Tubuhnya mendorong pintu, gagang disentakkan. Dan…. “Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu Alaikum,” ucapnya saat membuka pintu. Dan akhirnya pintu terbuka. Lile gugup bercampur senang. Tapi, ia buru-buru masuk dan menutup kembali pintu dengan cepat. Lile tak berani menoleh ke belakang hingga ...

Langit Untuk Aurora (Part 2)

“Kak, kami turun di parkiran saja. Kak Rara belum mau ketemu sama kita’ . Kayaknya masih malu-malu kucing, hahaha,” setelah membaca pesan kakaknya yang masuk ke smartphone-nya, Naila segera memberitahu Angga saat mobil yang mereka kendarai sudah memasuki kawasan bandara. “Oke, bisa dimengerti,” ujar Angga  sambil tersenyum dan sedikit tersipu. Ia paham betul bahwa proses yang mereka pilih memang butuh perjuangan. Terutama perjuangan untuk menjaga hati agar tetap netral hingga hari akad nanti. Maka, minimnya pertemuan langsung yang tak terlalu urgent , akan membantu mereka untuk tetap lebih terjaga lagi. … Aku menyeruput kopi hangat instan di minimarket area penjemputan bandara. Menunggu duo adik yang belum juga tiba. Sambil melihat-lihat beberapa referensi akun MUA di Makassar.  “Rara! benar Aurora kan?” tanya seorang pria berbadan tinggi yang tanpa kusadari telah berdiri di sampingku. Ia mengenakan kemeja dengan perpaduan ...

Ada Hantu di Asrama (Part 4)

Masih dalam suasana tegang dan saling berpegangan. Yuke kembali mendengar suara lemparan batu dari lapangan basket. “Mi, kita dengar itu? Kayak ada yang lempar batu dari tadi,” ucap Yuke setengah berbisik. “Kudengar ji juga,” Mimi melotot ke arah Yuke. Saat keduanya masih terdiam di selasar, sesosok bertubuh jangkung muncul dari arah belakang. “Hwaaaaaaa!!!” spontan Yuke dan Mimi berteriak kencang saat ada tangan terasa menyentuh bahu mereka. “Astagfirullah, Ya Allah, Kak!” Yuke memekik mencoba menahan suara. “Apa ko bikin di sini berdua? Sebentar lagi Bapak datang ke kelas,” rupanya sosok itu adalah Rumi. Kakak kelas dua yang menjadi pendamping Pak Aman untuk pemantapan mata pelajaran kimia malam itu. Usai melancarkan aksi jahilnya, Rumi berlalu menuju kelas. Melihat Rumi berjalan cepat, Yuke dan Mimi setengah berlari mengejarnya. “Kak! Tunggu ka ! Sama ki jalan!” Rumi mengernyitkan kening mendengar teriakan Yu...

Coffee dan Covid

Oleh : Naufal Anasy Halo, apa kabar teman- teman RSUP Persahabatan yang sangat saya sayangi dan cintai? Apakah sudah lelah bertarung menghadapi Covid -19? Apakah sudah mulai menyerah dan putus asa? Karena tanda- tanda akan berakhirnya Covid -19 ini tak kunjung datang? Atau, masih ada yang memiliki semangat juang ’45? Pantang menyerah dan meyakini bahwa Covid-19 adalah medan pertempuran kita. Kita tidak boleh mundur selangkahpun hingga tercapai kemenangan dalam perang menghadapi Covid-19 .  Mari sahabat sekalian duduk sejenak. Tarik napas dalam-dalam, kemudian hembuskan perlahan. Jangan lupa, siapkan secangkir kopi kesukaan sesuai selera kalian. Boleh dengan gula, susu, krimmer atau mungkin hanya kopi hitam saja! Seruput perlahan-lahan kopimu. Pejamkan mata dan rasakan, pahit, manis , serta asam dari kopi itu. Kemudian,  saya akan menceritakan kepada kalian mengenai coffee dan Covid -19. Saya seorang anesthesiologist, dokter  pecinta kopi. Mungkin, karena aktivita...

Kue Triangle Kesukaan Luna (Part 1)

Hujan di penghujung Desember. Baru 15 menit yang lalu kami berhenti di sebuah kedai di ujung jalan. Aku memesan secangkir teh hangat dan Rangga memesan secangkir kopi. Kami duduk berhadapan di sebuah meja. Di sampingnya ada jendela besar berupa dinding kaca. Aroma robusta dan petrichor menemani cengkrama kami sore itu. … “Apa rahasia yang kamu simpan diam- diam selama kita SMA?” spontan Rangga bertanya padaku. “Hah?” reaksiku sedikit terkejut. “Apa ya? Hmm… pernah nge fans sama kakak kelas” jawabku. “Siapa?” Rangga mengangkat alisnya. “Kak Kica, sekretaris asrama,” jawabku lugas. “Oh, kukira siapa. Yang kecil- kecil pake kacamata kan?” tanya Rangga penasaran. Kami memang seringkali bernostalgia tentang masa- masa sekolah. Tak banyak kisah manis di antara kami, bahkan nyaris tak ada. Kami hanya teman kelas biasa yang sesekali saling bercanda. Tak pernah kusangka ‘ Rumah Andalan’ menjadi mul...

Selisik

Hanya si pendiri yang bisa membaca. Raut gelisah dari percakapan di balik jendela, Saat membalik halaman buku berikutnya. “Ada yang mengganjal di sana,  satu kawan belum siap berbagi cerita.” Dia mata dan telinga. Menyatu dengan luka. Siaga bagai elang. Mengingatkanmu memori. Cerita yang pernah kau bagi. Baca juga : Knowing Me, Knowing You celotehanakgunung.com/knowing-me-knowing-you/ Penulis: Miss Skeeter Gambar : Priscilla Du Preez

Dear people with beautiful heart

Dear people with beautiful heart Ceritakan kepadaku sebuah kisah Tentang simpati Kelembutan hati dan indahnya pikiran Bersua di sudut jalan Terangkan hingga semakin larut Tentang pertemuan Kesan pertama Kecamuk tanya Dan percikan api itu Agar dapat kuusut benang putih Tentang sosok hangat Hadir menyertai Tulusnya niat Lurusnya perjuangan Mekaran ilmu Berselimut rendah hati Penulis: Miss Skeeter Gambar : Tofublock via tumblr.com/

Complexion

How did you get your complexion? Was it fated to you when you were born, Was it naturally nurtured by your mother, Or was it from contemplations you’ve gathered along the way? It sure is captivating Writer : Miss Skeeter Image : Priscilla Du Preez

Knowing Me, Knowing You

Bear with me , I am trying to make some good here . Any mistakes may come your way . Pinch you a little, annoy you to the core . But it’ll be purely unintentional on my part . Let’s just tolerate things . I will laugh at the clumsy you . Cherishing the long way learning . Writer : Miss Skeeter Image : Pars Sahin via unsplash.com/

Langit Untuk Aurora (Part 1)

Takdir memang tak pernah suka ditebak- tebak. Jika kau terlalu iseng mendiktenya, pemiliknya seringkali akan memberimu kejutan yang tak terduga. Aku sedang duduk menikmati sarapan di salah satu restoran cepat saji yang ada di bandara. Sesosok wanita bertubuh jenjang berjalan ke arahku. Ia nampak mengenakan tunik biru serta jilbab menjuntai khas kekinian berwarna senada. Wanita itu adalah Kanaya. “Ra, kok nggak pernah cerita sih? Loe udah ketemu doi and say yes? Oh My God! Trus, kenapa tiba-tiba udah di sini? Untung gue liat status Raya pas mau berangkat nganterin loe ke Bandara,” ia belum sempat duduk di kursi, namun puluhan kata telah meluncur dari lisannya. “Nay, untuk pertanyaan pertama, aku yakin kamu ngerti kenapa aku nahan untuk nggak cerita dulu sebelum semuanya fix . Untuk pertanyaan kedua, banyak yang mau diurus Nay. Karena aku mau semua prosesnya terjaga. Kamu tahu kan pernikahan impianku? Bahkan gaunnya dijahit sendiri sama Mama. Aku harus bantuin,” ...

Dari Seorang Ibu Untuk Para Ibu

Di malam hari, ada ibu yang sedang membacakan cerita pada anaknya dengan sabar dan penuh kasih sayang. Menikmati hidupnya yang sederhana dan bersahaja. Namun, sedikit bersedih karena merasa tak bisa berbagi apa-apa. Ada ibu yang masih berada di jalan, dalam perjalanan pulang setelah melaksanakan tugas di ranah publik sebagai seorang karyawan di suatu perusahaan. Penat oleh macet yang seolah kian tak teruraikan. Ada pula ibu yang begitu sibuk mencari ilmu parenting sana-sini, hingga membuatnya berambisi. Terusik, melihat anak orang lain yang terlihat diasuh dengan baik, hingga ia merutuki diri. Merasa selalu tak cukup dalam membersamai sang buah hati. Padahal si malaikat kecil hanya butuh dikasihi tanpa kalkulasi. Ada juga calon ibu, yang sedang menemani suaminya makan malam di sebuah restoran ternama di bilangan kota Jakarta. Masih berdua, karena yang dinanti belum juga tertakdir untuk hadir, menghiasi hari-hari mereka. Di tempat lain, ada seorang ibu yang memegang  smartphone -nya...

Surat Dari Cahaya Untuk Langit & Smudama

Langit, begitu aku memanggilmu. Mengapa? Karena bagiku, kamu langit yang menenangkan dan tempatku merasa nyaman. Langit, bagaimana kabarmu kini? Lama tak bersua, mungkin sudah enam tahun kita tak bertemu. Aku masih ingat, saat itu, saat terakhir kita bertemu. Kita begitu kikuk setelah lulus dari seragam putih abu- abu. Lulus di kampus yang berbeda, kota yang berbeda, dan jurusan yang berbeda. Ya, mungkin itu saatnya kita berpisah. Biarkan kita masing-masing mengejar mimpi. Tidak mudah bagiku dan aku yakin kau pun begitu. Ada harap, cemas, dan juga harapan yang tak tahu akan berujung apa. Kini, enam tahun telah berlalu. Aku masih tersipu mengingat percakapan kita beberapa hari lalu. Tentang mimpi dan harapan bersama. Dan terkadang, mengenang masa lalu saat kita masih bersama. Kita tak pernah tahu, bagaimana takdir akan membawa kita nanti. Meski hanya lewat media percakapan Whatsapp , tapi tetap saja, masih serasa seperti mimpi. Tiba- tiba, ingatanku terlintas beberapa tahun lalu. Saat k...

Telur Rebus Kuah Bakso (Part 1)

Sebagian besar orang menganggap hari Senin berat untuk dilalui. Bagi anak sekolah, beratnya karena harus ke sekolah lebih pagi dan ikut upacara. Hal itu juga yang dirasakan siswa Smudama. Meski jarak asrama dan sekolah hanya sekian meter dan tinggal berjalan kaki. Tapi, hari Senin seperti menjadi tantangan tersendiri. *** Gumi bergegas menyetrika seragam sekolahnya. Ia belum mandi dan sarapan. Padahal, kurang sejam lagi upacara di sekolah dimulai. “Tidak lama lagi suara sirine toa bunyi ini,” pikirnya. Sirine toa merah di Smudama memang sering menimbulkan kepanikan bagi siswa. Gumi jadi teringat saat awal masuk asrama. Suara dari toa biasanya terdengar subuh- subuh saat ia masih mengikuti masa orientasi siswa (MOS). “Ngnggggggg….nggggggngngng, cepat larii !!” teriakan seksi keamaan panitia MOS akan diselingi suara dari TOA. Kalau sudah begitu, siswa akan berlari dari asrama hingga perpustakaan. Jalan yang mendaki dengan banyak anak tangga seringkali membuat...