Langsung ke konten utama

Kue Triangle Kesukaan Luna (Part 1)

Hujan di penghujung Desember. Baru 15 menit yang lalu kami berhenti di sebuah kedai di ujung jalan. Aku memesan secangkir teh hangat dan Rangga memesan secangkir kopi. Kami duduk berhadapan di sebuah meja. Di sampingnya ada jendela besar berupa dinding kaca. Aroma robusta dan petrichor menemani cengkrama kami sore itu.

“Apa rahasia yang kamu simpan diam- diam selama kita SMA?” spontan Rangga bertanya padaku.
“Hah?” reaksiku sedikit terkejut.
“Apa ya? Hmm… pernah ngefans sama kakak kelas” jawabku.
“Siapa?” Rangga mengangkat alisnya.
“Kak Kica, sekretaris asrama,” jawabku lugas.
“Oh, kukira siapa. Yang kecil- kecil pake kacamata kan?” tanya Rangga penasaran.

Kami memang seringkali bernostalgia tentang masa- masa sekolah. Tak banyak kisah manis di antara kami, bahkan nyaris tak ada. Kami hanya teman kelas biasa yang sesekali saling bercanda. Tak pernah kusangka Rumah Andalan’ menjadi mula pertemuan kami. Dan dengan seluruh caranya, semesta kemudian menyatukan kami dalam sebuah janji suci.

Di tengah obrolan kami, aku teringat akan sesuatu di masa lalu. Pertanyaan Rangga tadi, bak korek api menyalakan sumbu kenangan yang ada di dalam kepalaku.

Aku sampai di bagian bahwa aku telah jatuh cinta. Namun orang itu hanya mampu kugapai sebatas punggungnya saja. -Dee Lestari

Tiga belas tahun lalu aku pernah mempunyai seseorang seperti itu. Apakah masuk akal jika aku mengatakan ‘dari punggung turun ke hati’? Haha! Paling kalian akan mengejekku karena terlalu banyak menonton drakor. Tapi, bukankah kita memang tak pernah memilih dengan siapa dan bagaimana rasa itu hadir?

Sirine berbunyi, sekumpulan raut polos yang baru saja mengenakan seragam putih abu- abu berhamburan panik. Mereka berlarian menuruni anak tangga Perpustakaan Anakkukang. Hampir saja aku jatuh karena tersenggol.

“Di mana sepatuku? Padahal tadi kusimpan di sini,” bisikku sambil menggerutu.
“Ayo, lari! Lari!” teriak kakak seksi keamanan. Panikku semakin menjadi melihat teman lain yang sudah berlarian di sepanjang selasar. Aku mencoba mencari di sisi sebelah kiri, di sekitar tangga.
“Ah! Di situ ternyata, jauhnya nyasar!” kesalku dalam hati.

Aku lantas menunduk dan memakai sepasang sepatuku yang baru saja kutemukan. Pada detik itu juga, aku melihat sesosok punggung tinggi tegap sedang menaiki tujuh belas anak tangga. Jam dinding Sekretariat OSIS menunjukkan pukul 12.15 saat itu.

Belum sampai langkahnya mencapai anak tangga paling atas, seorang teman membuyarkanku.
“Weh, apa mubikin? Mauko dihukum karena terlambat?”

Aku langsung bergegas beranjak membawa ingatan akan sesosok punggung itu. Tentu aku tak tahu namanya. Hitam atau cokelatkah bola matanya dan setinggi apa batang hidungnya. Yang kutahu, di detik itu, saat dia berjarak sebanyak delapan anak tangga dariku, duniaku seakan berhenti. Mungkin, itulah kali pertamaku menjatuhkan hati.

bersambung


Arti klitika dalam dialeg Sulsel :
Mubikin = kamu perbuat
Ko = kamu, dalam percakapan santai digunakan kepada teman sebaya atau yang lebih muda

Arti kata asing :
Petrichor = aroma khas tanah setelah hujan

Akronim :
Drakor = drama Korea

Penulis : Farahlynaa
Editor & Ilustrator : Uli’ Why
Gambar : Dokpri penulis, Winarniks

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Lagu Ribas Lelaki Yang Menangis

Lagu Ribas berjudul lelaki yang menangis dirilis tahun 2003. Lagu ini cukup populer di kalangan generasi 90-an. Penyanyi bernama lengkap Mohammad Ridha Abbas ini juga menyelipkan lirik berbahasa Bugis di antara lagunya. Sebagai putera kelahiran Pare-pare, Ribas nampaknya ingin mengeksplorasi budaya Bugis lewat syair yang ia tulis. Banyak yang penasaran dengan arti lirik Bugis tersebut. Apa maknanya? Simak penjelasan berikut. Arti Lirik Bugis La Ribas, mageni muterri Sierang iya de’na wengka usailaiko (Ribas, kenapa engkau menangis Sedang aku tak pernah meninggalkanmu) La Ribas, mageni muterri Sierang iya lona rewe, namo depa wissengi (Ribas, kenapa engkau menangis, sedang aku sudah mau pulang, namun aku belum tahu) Penjelasan Dalam Bahasa Bugis La adalah kata sandang untuk panggilan anak lelaki dan pada perempuan menggunakan kata (i) Contoh : La Baco (dia lelaki) dan I Becce (dia perempuan) Ko dan mu adalah klitika dalam dialeg Sulawesi Selatan yang artinya kamu Contoh : Usailak...

Peduli Itu Ada Aksi

Peduli itu ada aksi Bukan sekadar susunan diksi Penyemangat menyentuh hati Cuma berbasa-basi Ingin keadaan berubah lakukan usaha bukan mengkhayal dan berwacana saja berharap keajaiban dari Allah Kamu punya mimpi ajak kawan berdiskusi cari solusi ikut berkontribusi bukan cuma nunjuk jari berlagak bossy Peduli itu meluangkan waktu melakukan sesuatu ikut bantu Jaman sudah canggih Tinggal mainkan jemari Klik share, like, bantu promosi Aksi kecil tapi berarti Baca juga : Wahai Pengumbar Mimpi Penulis & Ilustrasi : Uli’ Why Gambar : yukbisnis.com

Qinan Rasyadi, Sabet Juara & Kejar Cita-Cita Lewat Kimia

Cita-cita boleh berubah, tapi usahanya harus tetap sama. Dulu pengen jadi pengusaha, sekarang “ engineer ” di depan mata. *** Muhammad Qinan Rasyadi, pemuda asal Makassar kelahiran 2006 ini baru saja lulus SMA. Dalam acara penamatan siswa yang digelar secara hybrid di Ruang Saji Maccini Baji, Kompleks SMAN 5 Gowa (Smudama) pada Rabu (22/05/2024), Qinan diganjar penghargaan Sakura Prize . Sakura Prize adalah penghargaan tahunan berupa plakat dan beasiswa tunai dari alumni Smudama Jepang. Serupa dengan Sakura Prize tahun 2022 dan 2023, tahun ini pun beasiswanya Rp. 3.000.000. Awalnya berseragam putih abu-abu, Qinan harus menjalani sekolah online selama satu semester di tengah pandemi Covid-19 . Baru pada Januari 2022, ia masuk asrama Smudama. Sekolah offline rupanya membuat Qinan makin giat belajar. Sejumlah prestasi berhasil ditorehkan selama menjadi siswa Smudama. Ia juga turut mewakili Sulawesi Selatan dalam ajang olimpiade sains tingkat nasional pada tahun 2022 dan 20...