Langsung ke konten utama

Smudama, Maafkan Kami Yang Melupakanmu

Apa kabar Smudama?
Luar Biasa
Fantastis
Smudama, Smudama
Yess !!!
Hidup Smudama !

Suara yel-yel menggema di ruang legendaris, Perpusatakaan Anak Kukang.

“Saya merinding mendengar yelnya,” seru seorang sejawat.
“Saya juga merinding,” seru yang lain. “Yel-yelnya disampaikan dengan penghayatan mendalam.”

Itulah sekilas percakapan yang terdengar setelah kunjungan Customs Go to School ke Smudama saat bertemu dengan para siswa dan guru. Kegiatan ini untuk mengenalkan APBN 2022 kepada para pelajar.

Sebagai alumni, saya pun ikut merinding saat kunjungan ini. Tapi bukan karena yel-yelnya, bukan karena kembali bertemu dengan guru, bukan juga karena kenangan masa lalu di sekolah indah ini.

Hati berdebar melihat tetesan air di pintu masuk perpustakaan tempat pertemuan berlangsung. Hujan yang begitu deras, mengalirkan air di sela-sela atap perpustakaan, yang kemudian jatuh dan tergenang menyambut kedatangan para tamu.

Pandangan saya kemudian mengarah ke seluruh plafon ruangan yang tampak lusuh termakan usia tanpa perawatan. Secara spontan saya melangkah naik ke lantai dua dan menyaksikan pemandangan yang tak lebih baik. Plafon lusuh ditambah bagian-bagian yang terbuka menghiasi langit-langit ruangan.

Kembali ke lantai satu tempat pertemuan, saya menyaksikan deretan kursi lusuh yang telah dipakai oleh lebih dari 25 generasi. Walaupun tertata dengan rapi, bagian-bagian yang terkelupas tetap mencolok, mengisyaratkan usia pemakaian yang melewati batasnya. Di jejeran rapi itu pula, tampak bagian kursi yang miring dan tidak lagi seimbang.

Dalam perasaan yang masih bercampur aduk, beberapa siswa memindahkan kursi yang sebelumnya telah tersusun rapi ke sisi yang lain, tempat para siswi duduk. Memberi kesempatan pada siswi yang berdiri agar dapat duduk di kursi. Kemudian mereka menggelar karpet berwarna pudar kemudian duduk bersama. Jadilah pemandangan siswi duduk di jejeran kursi lusuh dan siswa duduk di sampingnya beralaskan karpet seadanya.

Smudamaku, hari ini adalah ulang tahunmu yang ke 25.

Hari bersejarah yang disambut alumni dengan berbagai status di media sosial. Berbagai bentuk flyer ucapan diteruskan satu sama lain, berpindah dari platform media sosial ke media sosial yang lain. Ucapan ulang tahun mengalir dari seluruh pelosok negeri bahkan dari negeri seberang. Semua berlomba dengan ucapan indah penuh kenangan.

Smudamaku, hari ini, 25 tahun yang lalu, cerita indahmu dimulai.

Engkau setia menyambut para pelancong dengan jejeran piala dan trofi yang tak lagi mampu ditampung di lemari penyimpanan. Engkau tampilkan jejak dan kenangan prestasi yang mungkin sudah dilupakan pemiliknya.

Smudamaku, hari ini, setelah 25 tahun, kami sadar telah melupakanmu.

Pusat pengetahuanmu tampak sesuai namanya. Anak Kukang, anak sebatang kara yang dibuang dan dilupakan. Anak yang terlahir karena cinta, namun terbuang dan tumbuh tanpa perhatian.

Keterangan : Ulang tahun Smudama diperingati setiap tanggal 21 Februari

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Lagu Ribas Lelaki Yang Menangis

Lagu Ribas berjudul lelaki yang menangis dirilis tahun 2003. Lagu ini cukup populer di kalangan generasi 90-an. Penyanyi bernama lengkap Mohammad Ridha Abbas ini juga menyelipkan lirik berbahasa Bugis di antara lagunya. Sebagai putera kelahiran Pare-pare, Ribas nampaknya ingin mengeksplorasi budaya Bugis lewat syair yang ia tulis. Banyak yang penasaran dengan arti lirik Bugis tersebut. Apa maknanya? Simak penjelasan berikut. Arti Lirik Bugis La Ribas, mageni muterri Sierang iya de’na wengka usailaiko (Ribas, kenapa engkau menangis Sedang aku tak pernah meninggalkanmu) La Ribas, mageni muterri Sierang iya lona rewe, namo depa wissengi (Ribas, kenapa engkau menangis, sedang aku sudah mau pulang, namun aku belum tahu) Penjelasan Dalam Bahasa Bugis La adalah kata sandang untuk panggilan anak lelaki dan pada perempuan menggunakan kata (i) Contoh : La Baco (dia lelaki) dan I Becce (dia perempuan) Ko dan mu adalah klitika dalam dialeg Sulawesi Selatan yang artinya kamu Contoh : Usailak...

Peduli Itu Ada Aksi

Peduli itu ada aksi Bukan sekadar susunan diksi Penyemangat menyentuh hati Cuma berbasa-basi Ingin keadaan berubah lakukan usaha bukan mengkhayal dan berwacana saja berharap keajaiban dari Allah Kamu punya mimpi ajak kawan berdiskusi cari solusi ikut berkontribusi bukan cuma nunjuk jari berlagak bossy Peduli itu meluangkan waktu melakukan sesuatu ikut bantu Jaman sudah canggih Tinggal mainkan jemari Klik share, like, bantu promosi Aksi kecil tapi berarti Baca juga : Wahai Pengumbar Mimpi Penulis & Ilustrasi : Uli’ Why Gambar : yukbisnis.com

Qinan Rasyadi, Sabet Juara & Kejar Cita-Cita Lewat Kimia

Cita-cita boleh berubah, tapi usahanya harus tetap sama. Dulu pengen jadi pengusaha, sekarang “ engineer ” di depan mata. *** Muhammad Qinan Rasyadi, pemuda asal Makassar kelahiran 2006 ini baru saja lulus SMA. Dalam acara penamatan siswa yang digelar secara hybrid di Ruang Saji Maccini Baji, Kompleks SMAN 5 Gowa (Smudama) pada Rabu (22/05/2024), Qinan diganjar penghargaan Sakura Prize . Sakura Prize adalah penghargaan tahunan berupa plakat dan beasiswa tunai dari alumni Smudama Jepang. Serupa dengan Sakura Prize tahun 2022 dan 2023, tahun ini pun beasiswanya Rp. 3.000.000. Awalnya berseragam putih abu-abu, Qinan harus menjalani sekolah online selama satu semester di tengah pandemi Covid-19 . Baru pada Januari 2022, ia masuk asrama Smudama. Sekolah offline rupanya membuat Qinan makin giat belajar. Sejumlah prestasi berhasil ditorehkan selama menjadi siswa Smudama. Ia juga turut mewakili Sulawesi Selatan dalam ajang olimpiade sains tingkat nasional pada tahun 2022 dan 20...