Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2021

Memupuk Kebiasaan Kecil Berdampak Besar

Bagaimana memupuk kebiasaan kecil agar berdampak besar bagi diri seseorang? Judul Buku : Atomic Habits: Tiny Changes, Remarkable Results Penulis  : James Clear Halaman : 285 hlm Terbit : 2018 Penerbit : Penguin Random House Resensi Bab : 1-5 Buku karya James Clear ini merupakan satu dari sekian banyak buku self-improvement yang beredar di dunia. Apa yang membedakan buku ini dengan buku-buku sejenis lainnya? Pertama , buku ini ditulis dengan gaya bahasa yang cukup mudah diikuti oleh siapa saja. Penjelasannya diberikan dengan contoh-contoh sederhana yang sangat mudah diterapkan serta dalam nada persuasif tanpa berkesan menggurui. Kedua , meski dikemas dengan ringan, substansi yang ingin disampaikan penulis sangat berisi. Tiap argumen disampaikan dengan dukungan penjelasan ilmiah yang mudah dicerna dan sangat realistis untuk dipraktikkan. Hal ini tidak mengherankan, karena dalam pengantarnya penulis menunjukkan bahwa buku ini merupakan inti...

Kakek dan Sepeda Merahnya

Kata orang-orang, jangan tunggu menua baru rajin ibadah. Karena ajal menjemput bisa kapan saja. Tak peduli berapa usianya, jika sudah waktunya, ia pasti akan kembali menghadap-Nya. Rumah kami memang tak jauh dari masjid. Tapi, kakek selalu pergi lebih awal, sebelum azan berkumandang. Meski mampu mengendarai motor, tapi ia lebih memilih naik sepeda. Sesibuk apapun dan bagaimana pun kondisinya, ia selalu menyempatkan salat berjamaah di masjid . Sepeda tua berwarna merah dan sebuah senter jadul menjadi teman setia kakek setiap kali ke masjid. Tidak peduli pada cuaca dingin, kondisi gerimis, bahkan dalam suasana gelap gulita saat lampu penerang jalan bermasalah, kakek tetap bersemangat mengayuh sepedanya pergi. Anak dan cucunya selalu menjadi penyemangat kakek dari rumah. Turut menjadi saksi kegigihan pria tua itu mengayuh sepeda merahnya.Hingga suatu hari, kabar duka itu datang, kakek menjemput ajal saat hendak menunaikan salat magrib berjamaah di masjid. *** Azan magrib tak hanya meny...

Mukena Lusuh Nenek

Mukena lusuh nenek tergantung di jemuran di bagian bawah rumah panggungnya. Sore itu, aku berinisiatif mengambilnya. Kupikir, sekalian menjenguk Nenek Mima untuk melepas rindu. Sejak merantau ke kota, sudah hampir setahun, aku hanya bertemu sekali dengannya. Dengan sangat berhati-hati, aku mengambil mukena nenek yang melingkar pada sebatang bambu tua yang dijadikan sebagai jemuran. Kainnya sudah sangat tipis. Aku khawatir mukenanya mudah sobek. Beruntung, mukena itu tidak tersangkut, sehingga aku bisa melipatnya dengan rapi. Aku langsung naik ke rumah nenek, mencarinya di dalam kamar, untuk menyerahkan mukena kesayangannya. Dari jauh, kulihat pintu kamarnya sedikit terbuka, kuketuk sebentar lalu masuk. “Assalamu’alaikum,” kulihat Nenek Mima sedang berbaring di kasur. Ia segera bangkit dan menyahut. “Wa’alaikumussalam. Siapa?” ucapnya menatapku lekat. “Nek, ini Megumi,” jawabku setelah mendekat. “Aaaa? Siapa? Maaf, Nak, Nenek ini tuli...

Sebelum Fajar Menyapa

Sebelum fajar menyapa, ada ibu yang sudah sibuk di dapur. Melawan rasa dingin di antara kepulan asap yang membumbung di atas panci. Terkadang sendiri atau ditemani anaknya, menyiapkan makanan untuk keluarganya. Ia rela bangun lebih cepat di antara yang lainnya, demi sajian istimewa untuk sahur pertama. Ayah membangunkanku yang masih meringkuk di antara selimut. Malam ini begitu dingin hingga aku tertidur lebih cepat dari biasanya. “Megumiiii, bangun, Nak. Katanya mau ikut sahur,” ucap Ayah pelan sembari menggoyangkan bahuku. “Mmmm, iya, Ayah. Gumi bangun bentar,” sahutku mencoba membuka mata. Ayah keluar kamar lalu menyalakan TV. Terdengar suara riuh penonton dan bunyi peluit berkali-kali. Mendengar itu, aku bergegas melompat dari kasur. “Wah, siapa ini yang tanding, Yah?” tanyaku mendongakkan kepala di pintu. “Ya udah keluar sini nonton!” pertanyaanku tidak dijawab langsung oleh ayah. Kupikir ini salah satu strateginya untuk membangunka...

Makna Lagu Ribas Lelaki Yang Menangis

Lagu Ribas berjudul lelaki yang menangis dirilis tahun 2003. Lagu ini cukup populer di kalangan generasi 90-an. Penyanyi bernama lengkap Mohammad Ridha Abbas ini juga menyelipkan lirik berbahasa Bugis di antara lagunya. Sebagai putera kelahiran Pare-pare, Ribas nampaknya ingin mengeksplorasi budaya Bugis lewat syair yang ia tulis. Banyak yang penasaran dengan arti lirik Bugis tersebut. Apa maknanya? Simak penjelasan berikut. Arti Lirik Bugis La Ribas, mageni muterri Sierang iya de’na wengka usailaiko (Ribas, kenapa engkau menangis Sedang aku tak pernah meninggalkanmu) La Ribas, mageni muterri Sierang iya lona rewe, namo depa wissengi (Ribas, kenapa engkau menangis, sedang aku sudah mau pulang, namun aku belum tahu) Penjelasan Dalam Bahasa Bugis La adalah kata sandang untuk panggilan anak lelaki dan pada perempuan menggunakan kata (i) Contoh : La Baco (dia lelaki) dan I Becce (dia perempuan) Ko dan mu adalah klitika dalam dialeg Sulawesi Selatan yang artinya kamu Contoh : Usailak...

Ia Yang Mengejar Kebahagiaan Semu

Hampir semua yang ia miliki adalah impian orang lain. TV besar dan set home theater yang lengkap dengan kursi kulit untuk menikmati alunan musik dan dentuman suara film pilihan. Koleksi buku senilai1 juta yen ** menggunung di rak ruang tamu apartemen. Peralatan kamera lengkap dengan ruangan khusus. Gitar listrik dan pengeras suara, set komputer, iphone dan tempat tidur yang nyaman. Ia bercerita tentang kehidupannya sehari-hari. Setiap hari ketika pulang dari bekerja, ia melepaskan pakaiannya, dilemparkan kemana saja dan dibiarkannya berserakan di lantai. Setelah itu, ia mandi, kemudian duduk di depan sebuah TV berukuran 42 inch , menonton film favorit, yang beriring tegukan sekaleng bir. Ketika malam mulai beranjak, minuman beralih pada sebotol anggur. Ia pernah menghabiskannya terlalu cepat, hingga dalam keadaan mabuk, ia harus membeli lagi di minimarket terdekat. Ia pernah mendengar bahwa alkohol tidak membuat seseorang bahagia. Tapi, alkohol bisa menjadi pelarian dari rasa kenesta...

Omong Kosong Yang Manis

Kita seringkali membicarakan masa depan, membahas tentang impian , dan rencana yang akan datang. Kita selalu bersemangat, tapi lupa akan satu hal, action! Sudah belasan tahun ternyata. Kita gemar sekali membicarakan omong kosong yang manis. Rencana sebatas wacana, tanpa aksi nyata. *** Apa mereka tak bosan melakukannya? Omong kosong yang manis Gambar : Elijah M. Henderson

Wahai Pengumbar Mimpi

Mereka gemar sekali mengumbar mimpi, berjanji membersamai, tapi sulit menjaga konsistensi. Mimpinya begitu tinggi, tapi lupa berbenah diri. Pergi sesuka hati, meninggalkan orang lain berjuang sendiri . Mereka, berdalih peduli tapi tak ada kontribusi. Mengumbar janji tapi tak ditepati . Mereka lupa, mimpi besar hanya bisa digapai dengan bekerja bersama, bukan dengan kekuatan Abrakadabra . *** Apa kamu bagian dari mereka? Gambar : Joshua Earle