Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2023

Membayangkan Masa Depan Distopia dalam Serial Black Mirror

Masa depan adalah sebuah keniscayaan. Seiring berjalannya waktu, kemajuan teknologi menjadi tak terhindarkan. Namun, apakah perkembangan teknologi membuat kebahagiaan yang diidam-idamkan umat manusia selama ini menjadi nyata? Dengan mengeksplorasi masa depan, Black Mirror memberikan gambaran bagaimana perkembangan teknologi memengaruhi umat manusia. Menggunakan pendekatan yang berbeda, Black Mirror membuat penggambaran masa depan terasa dekat dan realistis. Series 1 dengan tiga episodenya. Dalam Black Mirror, Season disebutkan sebagai Series . In the not-so-distant Future… Berbeda dengan film atau serial lain yang melihat ke masa depan yang jauh, Black Mirror mengeksplorasi kemajuan teknologi pada masa depan yang tidak terlalu jauh ( not-so-distant future ). Sebagai contoh, The Hunger Games yang mengisahkan cerita post-apocalypse pada masa depan yang jauh, dengan setting kehancuran dunia yang tampak sangat berbeda dengan kondisi sekarang. Black Mirror berani mengeksplorasi kemajuan t...

Laut Bercerita: Kenangan tentang Indonesia dan Keberanian

Matilah engkau, mati Kau akan lahir berkali-kali. Soetardji Calzoum Bachri — Dua bait puisi di atas adalah alasan utama saya memutuskan untuk membeli buku ini. Puisi yang sangat kuat, mampu menyalakan api semangat, meski dikemas hanya dalam dua bait saja. Dua bait puisi yang ditulis berulang, berkali-kali di tengah dan akhir novel ini membuat saya menduga bahwa Leila S. Chudori , sang penulis pun tergugah untuk menulis satu novel yang kelak menerima penghargaan S.E.A. Write Award 2020 berkat puisi ini. Dugaan saya mendekati benar saat membaca ucapan terima kasih di belakang novel. Di dalamnya, Leila menuliskan betapa lirik puisi karya Soetardji Calzoum Bachri ini merupakan “jiwa” dari novel ini. Kenangan Novel ini secara umum mengangkat kisah orang-orang yang “hilang” dalam sebuah periode kelam dalam sejarah Indonesia. Saya ingat, pada periode kelam itu, ada masa di mana orang tua saya, berhenti membeli ikan di pasar karena ada rumor “ditemukan potongan jari tangan dan kaki manusi...

Dia, Sosok Dalam Doa

Dia segera beranjak saat terdengar lantunan azan. Bergegas berwudu lalu mengenakan mukena kesayangan. Dia membuka pintu rumah, lalu berjalan. Menuju masjid, tunaikan kewajiban kepada Tuhan. Dia tak peduli seberapa dinginnya udara di sepanjang jalan. Sajadah tetap digenggam, melangkah hingga sampai tujuan. Pulang ke rumah dia tak langsung rebahan seperti orang kebanyakan. Subuh dan paginya dihabiskan dengan melafazkan ayat-ayat Al-Quran. Tidak ada senyuman, hanya diam membisu. Melewatkan pagi dengan bibir kelu. Ibu, apa yang dia lakukan sepagi ini? Sibuk di dapur menanak nasi, tapi sarapan dilewatkan dengan segelas kopi. Apa yang dia harapkan sepanjang hari ini? Usai merapikan baju, bergegas ke kamar mandi, lalu berpakaian rapi dan kenakan sepatu bertali. Seperti inikah rutinitas ibu rumah tangga yang juga berkarir di luar rumah? Subuh menghadap Tuhan, pagi mengurus rumah tangga, lanjut berangkat kerja. Pulang mengurus keluarga, tengah malam pun seringkali terjaga. Seolah tenaganya tak ...

Resep Masakan Vs. Kenyataan

Pernah mencoba resep masakan yang didapat dari internet tapi tidak sesuai kenyataan? Bukannya mendekati keberhasilan seperti yang diperlihatkan di dunia maya itu, hasil akhirnya justru gagal total. Saya sering mengalaminya bahkan sampai sekarang. Ketika gagal mencoba resep (istilah kerennya recook ), sebagian besar orang akan meng-klaim jika penyebabnya karena mereka tidak ada bakat di bidang itu. Ada juga yang menyalahkan takaran dalam resep, atau mencoba berkompromi dengan bahan pengganti lain, dll. Tapi, hal paling menyebalkan menurut saya adalah ketika judul resep masakan sudah dipasang bombastis, menggunakan kata “Anti Gagal” tapi setelah dicoba ( recook ) tetap GAGAL. Pernah suatu ketika saya mencoba membuat pie teflon. Dengan modal baca resep dan nonton tutorial di youtube. Percobaan pertama, gagal. Percobaan kedua, gagal juga. Percobaan ketiga, masih tidak sesuai ekspektasi. Percobaan keempat, kapok coba lagi. Beberapa bulan berselang, rasa penasaran ingin mencoba...

Memeluk Kenangan

Kehilangan tak kenal waktu. Ia hadir kapan saja, sering di saat kita tidak siap. Kehilangan tak kenal tempat, hadir di mana saja. Tak terhitung seberapa jauh jarak kita dengan yang meninggalkan. Kehilangan tak kenal belas kasih. Tak peduli meski hati punya 1.000 mengapa. Ia unik seperti kenangan, yang juga tak peduli. Kenangan atas orang terkasih bisa hadir kapan saja di tengah tawa, memaksa tangis. Kenangan bisa hadir tanpa melihat sedang di keramaiankah, atau tidak. Kenangan tak peduli detik kita selanjutnya, saat ia menunjukkan dirinya. Kenangan seolah berkata, “Ada aku di sini, yang akan membawamu kembali mengingat.” Aku ingin kuat, memeluk kenangan. Hingga tawa terselip di tengah tangis. Hingga 1.000 tanya menjadi paham. Hingga doa kembali melantun. Aku ingin kuat memeluk kenangan. Hingga ia tak lagi menyakiti, namun menguatkanku. Baca juga : Knowing Me Knowing You Penulis & Ilustrasi : Yati Editor : Uli’ Why