Kesan pertama dimulai saat membahas buku yang rasanya berbeda kutub. Satunya novel fantasi penuh plot twist , satunya lagi memoar yang mengisyaratkan spirit menjadi seorang terdidik. Kukira buku serius akan sepi pendengar, tahunya semua buku ramai dibahas. Jarang sekali terjadi. Walaupun tak membersamai dari awal, sejak saat itu, serasa menemukan tempat berlabuh, tak ingin jauh-jauh. Perasaan mengesankan itu terus berlanjut. Pernah duduk bersama, seolah bermain puzzle , menafsirkan kata setajam pisau sang pujangga. Di lain waktu, dikejutkan dengan pertemuan layaknya kuliah. Mendengar pencerita membagi berbagai jurus sehat, semuanya ingin kucatat rasanya. Buku menjadi bintang utara kami. Keresahan melanda di tengah konflik Timur Tengah yang memanas. Dengan latahnya kita pun membedah buku intim, langsung dari sudut pandang penderita. Terkadang kita berjumpa di persimpangan gaduh. Membahas buku kontroversial, perbedaan alam Adam dan Hawa. Lucu juga. Para wanita menyerbu dengan kritik. Par...