Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2021

Pelajar Otonom Indonesia (POI): Representasi Kerjasama Pelajar

Oleh: Deflin Gani Pengelolaan pendidikan nasional terus berkembang. Sejak ditangani secara sentral selama 58 tahun kemerdekaan negara Indonesia, memasuki era reformasi, hingga saat ini. Namun, perkembangan ini belum bisa memberikan perubahan yang signifikan terhadap kualitas pendidikan bangsa kita. Komitmen pemerintah Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan warga negaranya sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat, ternyata masih mengalami banyak kendala dan hambatan.  Salah satu modal utama dunia pendidikan adalah pelajar.   J.J. Rousseau mengungkapkan bahwa pelajar adalah seseorang yang memiliki dunianya sendiri. Bukan boneka atau miniatur yang dimiliki atau diatur oleh orang dewasa. Menurut KBBI, otonom merupakan kelompok sosial yang memiliki hak dan kekuasaan menentukan arah tindakannya sendiri. Pelajar otonom adalah pribadi yang aktif membuat pengertian dan agen yang aktif dalam proses belajar dirinya. Pelajar Otonom Indonesia (POI) adal...

Salah Jangan Berulah, Mari Menjadi Pembelajar!

Salah benar itu akan selalu berjalan beriringan. Dimana letak salah, di seberang itu pula ada sentuhan kebenaran. Ketika salah jangan berulah, mari menjadi pembelajar! Manusiawi bila kita masih pernah berada dalam ring kesalahan. Namun, yang lebih tidak manusiawi apabila kesalahan itu berulang dan terus berulang. Sebab entitas yang membedakan antara kita dan makhluk lain adalah kemampuan kita untuk memperbaiki diri dan bukan terjebak dalam kubangan yang sama. Entah siapapun dia, selama masih berwujud makhluk hidup, pernah melakukan kesalahan, hal bodoh, dan mengalami pasang surut di kehidupan. Titik terendah dari apa yang kita lakukan harus menjadi suatu masukan aktif untuk bisa merefleksi apa yang salah dari semua hal tersebut. Oleh karena itu, merugilah orang yang tidak membentuk dirinya sebagai makhluk pembelajar. Orang yang hanya menafsirkan nafsu dengan mengebiri pengetahuan yang baik ke depannya. Ketika salah jangan berulah, mari menjadi pembelajar ! Belajar adalah suatu proses p...

Integritas Sebagai Aspek Fundamental dalam Rekonsiliasi Pelajar

Oleh : Deflin Gani Membentuk siswa yang berkarakter memerlukan upaya terus-menerus dan refleksi mendalam untuk membuat rentetan moral decisions (keputusan moral) yang harus ditindaklanjuti dengan aksi nyata, sehingga menjadi hal yang praktis dan reflektif. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi custom (kebiasaan) dan membentuk watak atau tabiat seseorang. Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas serta memiliki daya saing yang tinggi, maka pendidikan yang diberikan kepada generasi muda harus dilaksanakan secara utuh dan berkesinambungan. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti, pikiran (intelek), dan tubuh anak. Integritas bertalian dengan moral yang bersih, kejujuran serta ketulusan terhadap sesama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, integritas adalah mutu, sifat, dan keadaan yang menggambarkan kesatuan yang utuh, sehingga memiliki potensi dan kemampuan memancarkan kewibawaa...

Asa Pendidikan di Bilik Sekolah

“Banyak anak yang lahir dari dunia pendidikan formal hanya untuk mencari nilai popularitas dalam kehidupannya. Karena kesalahan menu yang diajarkan di bangku sekolah tanpa sadar akan menciptakan domino effects.” Pendidikan merupakan asa terbesar dalam perubahan suatu bangsa. Sebab pendidikan merupakan komponen dasar dalam pembentukan suatu karakter sumber daya manusia yang mumpuni. Hakikat kita sebagai manusia tidak akan lekat dengan kekurangan. Maka simpul pengetahuan yang terkonstruksi dalam pendidikan, sudah pasti keberadaannya sangat diperlukan. Agar bisa meretas alam saintifik yang begitu bergulir dengan pesatnya. Sebagai amanah yang harus ditunaikan, maka sudah menjadi kebutuhan dasar bagi kita yang bernaung dalam ideologi yang memaktubkan pendidikan. Sebagai pionir utama kecerdasan bangsa. Variabel kokohnya dan majunya suatu bangsa dan negara, harus ditopang dengan nafas pendidikan yang berasasakan kemanusian, adil, dan beradab. Pendidikan adalah barang mewah dan memewahkan bag...

Berburu Air di Asrama

Oleh : Fajri Karim Smudama adalah sekolah berasrama kedua bagiku.  Sebelumnya, aku sempat mengenyam pendidikan di pesantren selama 3 tahun. Kisahnya mirip, klasik khas anak asrama. Seperti cerita dua puluh tahun lalu, saat masa perjuanganku mencari air untuk kebutuhan pribadi. Hal itu juga pernah kualami semasa bersekolah di Smudama. Saat itu, sumber utama air bersih bagi kami adalah dengan mengandalkan mobil tangki. Tangki legendaris yang menjadi incaran banyak anak Smudama dan yang selalu dinanti kedatangannya. Untuk mendapatkan air dari tangki, siswa hanya dibolehkan mengambil dari bak besar yang berada di samping masjid. Hal ini dilakukan untuk menghindari sabotase tangki. Berjaga-jaga jika ada yang mengambil air duluan langsung dari tangkinya. Eits, tapi mengambil air dari bak juga butuh perjuangan. Tidak semudah memutar keran air. Menimba airnya dengan cara manual yang membutuhkan kekuatan dan kegigihan. Berbagai strategi dilakukan oleh siswa. Mulai dari menyiapkan ember dan ...

Guru yang Hebat, Guru Revolusioner

Sebuah refleksi mental terhadap humanitas pendidik . Keindahan bukan semata tersemat untuk dilihat dan dinikmati dengan segudang rasa kagum. Namun, muara dalam menakar rasa keindahan adalah dengan menyublimasi rasa tersebut sehingga menjelma para entitas ketulusan dalam diri untuk menjadi bagian dari yang terindah. Selayaknya gambaran nyata tentang keindahan adalah merawat dan mengawal setiap sebaran-sebaran yang ada. Dengan setiap dan berdasarkan asupan kebutuhan untuk sesama demi terwujudnya keharmonisan alam dan sekitarnya. Sebagai ujung tombak perubahan peradaban bangsa, suguhan, dan mengawal keindahan harus senantiasa digaungkan dan diterapkan oleh seorang guru. Lantunan keindahan tersebut bukan karena desain yang tertata dan aksesori yang begitu apik tersusun di helaan napas sang anak. Namun karena kemampuan dan dedikasi ketulusan sang guru untuk kemerdekaan anak-anaknya. Guru abad XXI , bukan lagi guru biasa. Tetapi guru yang luar biasa, yang selalu belajar menakar dan memproyek...

Mata Hati Pendidik dan Taman Pencerahannya

“Menjadi pendidik bukan persoalan menarik dilihat bak mawar yang memesona. Namun menjadi pendidik adalah kemampuan untuk bertahan dan mengayomi dalam segala penjuru yang ada. Dia bisa menjadi pribadi yang tidak termakan oleh benturan musim. Namun, dia bisa memberikan faedah dan teladan dalam semua dimensi.” Askarim Pendidik, kata ini terdengar mudah dan gampang dilakukan, katanya. Dalam hal ini, saya tidak ingin terjebak dalam pertanyaan mudah atau gampang karena aktualisasi yang terpenting. Persoalan mudah atau gampang adalah persoalan seberapa besar rasa sayang itu kita selamatkan dalam relung jiwa kita, untuk sebuah pengabdian sebagai pendidik. Menggunakan mata hati pendidik dan taman pencerahannya Mudah melabuhkan kritis, namun terkadang kita terjebak dengan apa yang dikritisi. Seorang teman dalam satu forum selalu berkoar-koar tentang makna dan subtansi kebenaran. Seakan konsep kebenaran dalam semua bait-bait kata yang dia sematkan telah dia khatamkan. Chapter demi chapter dia s...

Refleksi Agama dan Spiritualitas dalam Kacamata Seorang Intelektual Islam

Judul Buku : Islam Tuhan Islam Manusia, Agama dan Spiritualitas di Zaman Kacau Penulis : Haidar Bagir Jumlah Halaman : xxiv + 288 Tahun Terbit : Cetakan I, Maret 2017 Penerbit : Mizan Belakangan ini, bacaan dan narasi tentang Islam kerap terdengar baik di media konvensional maupun lini masa. Sekilas tidak ada masalah , mengingat Islam merupakan salah satu agama yang boleh dianut oleh warga negara. Apalagi, Islam merupakan agama yang dianut oleh mayoritas populasi di Indonesia. Namun, topik terkait agama ini mulai mengundang kerut di wajah ketika pembicaraannya mulai dikaitkan dengan isu-isu politik. Tiba-tiba, Islam menjadi sebuah identitas yang menghimpun sekelompok orang dan berujung pada mobilisasi kekuatan untuk menentukan nilai benar dan salah dalam masyarakat. Tentu saja secara objektif ini tidak bisa dihindarkan. Agama memang berfungsi untuk meletakkan nilai kebenaran dalam masyarakat. Namun, ketika label kafir, syirik, munafik, dan ahli bid’ah dapat dengan mudah ditempe...

Kebanyakan Masalah di Dunia Ini Lahir Karena Cinta (1)

Seperti anak yang tumbuh besar mendamba kasih sayang dan perhatian ayah ibunya, Namun tak jua mendapatkannya lantaran kerja atau dinamika rumah tangga Kemudian tumbuh besar, mencari cinta Bila tak ada di rumah, mungkin kan ditemukan di antara teman dan sekolah Namun karena tak pernah benar-benar paham cinta seperti apa Jadilah coba-coba. Senang sesaat, lalu salah dan terluka Cinta disamakan dengan sepi. Terang-benar, jadi benci Beranjak remaja, hormon-hormon berkuasa Cinta dianggap sama dengan hasrat yang bertambah-tambah Wujudnya dibuat jadi standar, cacat fisik sedikit saja sama dengan akhir dunia Terburu-buru dan buta. Dunia hanya sekumpulan rasa bersalah yang ditutupi oleh gelak tawa Benarkah cinta ada? Mencoba mencari jawaban tanpa tahu ditujukan kepada siapa Antara lelah dan bosan menelisik tanda-tanda Lalu realita menampar tepat di muka. Mengapa buang waktu? Yang kau cari hanya bahagia! Uang! Barang-barang mewah! Makanan lezat! Fisik yang paripurna! Semua materi terbaik yang bi...