Langsung ke konten utama

Postingan

Peduli Itu Ada Aksi

Peduli itu ada aksi Bukan sekadar susunan diksi Penyemangat menyentuh hati Cuma berbasa-basi Ingin keadaan berubah lakukan usaha bukan mengkhayal dan berwacana saja berharap keajaiban dari Allah Kamu punya mimpi ajak kawan berdiskusi cari solusi ikut berkontribusi bukan cuma nunjuk jari berlagak bossy Peduli itu meluangkan waktu melakukan sesuatu ikut bantu Jaman sudah canggih Tinggal mainkan jemari Klik share, like, bantu promosi Aksi kecil tapi berarti Baca juga : Wahai Pengumbar Mimpi Penulis & Ilustrasi : Uli’ Why Gambar : yukbisnis.com
Postingan terbaru

Qinan Rasyadi, Sabet Juara & Kejar Cita-Cita Lewat Kimia

Cita-cita boleh berubah, tapi usahanya harus tetap sama. Dulu pengen jadi pengusaha, sekarang “ engineer ” di depan mata. *** Muhammad Qinan Rasyadi, pemuda asal Makassar kelahiran 2006 ini baru saja lulus SMA. Dalam acara penamatan siswa yang digelar secara hybrid di Ruang Saji Maccini Baji, Kompleks SMAN 5 Gowa (Smudama) pada Rabu (22/05/2024), Qinan diganjar penghargaan Sakura Prize . Sakura Prize adalah penghargaan tahunan berupa plakat dan beasiswa tunai dari alumni Smudama Jepang. Serupa dengan Sakura Prize tahun 2022 dan 2023, tahun ini pun beasiswanya Rp. 3.000.000. Awalnya berseragam putih abu-abu, Qinan harus menjalani sekolah online selama satu semester di tengah pandemi Covid-19 . Baru pada Januari 2022, ia masuk asrama Smudama. Sekolah offline rupanya membuat Qinan makin giat belajar. Sejumlah prestasi berhasil ditorehkan selama menjadi siswa Smudama. Ia juga turut mewakili Sulawesi Selatan dalam ajang olimpiade sains tingkat nasional pada tahun 2022 dan 20...

Perjuangan Hak Kewarganegaraan di Indonesia: Konsep, Praktik, dan Pengalaman Diri

Tepat pada 14 Februari 2024 yang lalu, pemerintah menyelenggarakan hajatan nasional sebagai sebuah negara demokratis: Pemilihan Umum (Pemilu). Pemilu merupakan  momen bagi warga negara untuk menggunakan haknya dalam memilih siapa yang akan diberikan tanggung jawab dan wewenang untuk mengelola negara selama lima tahun ke depan. Mengingat pentingnya hasil dari penyerahan hak ini, wajar jika antusiasme dan animo warga negara menjadi besar. Bagaimana tidak, beberapa detik di bilik pemilu bisa menentukan bagaimana situasi dan kondisi politik negara yang tidak hanya akan memengaruhi day-to-day-life warga negara. Tapi juga menjamin kelangsungan pencapaian rencana dalam jangka panjang di masa depan. Tidak seperti lima tahun lalu yang suasananya benar-benar seperti pesta, pemilu tahun ini sedikit kurang meriah. Disebabkan komposisi pasangan calon yang kurang lebih homogen dan gegernya pemberitaan isu kecurangan. Terlepas dari kontroversi penyelenggaraannya, pemilu ini sebenarnya momentum b...

Bangsa yang Mustahil: Indonesia, Etc.

Pemilu selalu menjadi momen penting untuk mengenali kembali bangsa yang bernama Indonesia ini. Berbagai visi dan misi pasangan calon yang mengejar kursi kekuasaan, berikut manuver politik partai pendukungnya, selalu menimbulkan perasaan kewalahan dan mempertanyakan kewarasan. Apakah seperti ini wajah Indonesiaku? Benarkah hal-hal ini penting dan bermanfaat bagi kita semua? Siapa sebenarnya yang mereka wakili ini? Kepentingan rakyat mana yang mereka gaungkan? Siapa sebenarnya Indonesia? Sekali lagi, saya berusaha memahami dengan mencari jawaban dari sumber yang lebih tidak berisik: buku. Exploring the Improbable Nation: Indonesia, Etc. Exploring the Improbable Nation: Indonesia, Etc. adalah judul buku yang saya baca baru-baru ini. Judul ini mencerminkan pandangan penulis yang melihat Indonesia sebagai sebuah bangsa yang mustahil. Terdiri dari puluhan ribu pulau dengan berbagai suku, bahasa, dan kepercayaan, namun diwarnai korupsi, inkompetensi, ketidakadilan, dan diskriminasi pembangun...

Resensi : Tubuh, Pedoman Bagi Penghuni

Judul Buku : Tubuh, Pedoman Bagi Penghuni Judul Asli : The Body, A Guide For Occupants Penulis : Bill Bryson Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama ISBN : 978-602-06-5229-0 Jumlah Halaman : 461 Saya tidak sengaja menemukan buku ini di pojok salah satu toko buku terkemuka. Sekilas buku ini berisi tentang dunia medis dan kedokteran. Namun, The Guardian menyebut penulisnya sebagai salah satu praktisi sastra terbaik berdasarkan standar apapun yang ada sekarang. Pengantar ini memunculkan keingintahuan lebih jauh yang kemudian memicu saya membuka bab pertama tentang cara membangun manusia. Bab pembuka yang luar biasa menggambarkan tubuh manusia yang akhirnya mendorong saya berdiri di antrean kasir. Bill Robson membuka dengan pernyataan bahwa kita masih jauh dari mengetahui apa yang ada dalam tubuh kita. Ciptaan paling canggih dengan sistem kerja yang sangat rumit. Kita belum mengetahui secara pasti kenapa ada rongga d...

Makan Siang Gratis untuk Anak Sekolah

Teringat sore itu di tahun 2012, kepala Ruang Saji Maccini Baji SMAN 5 Gowa, Ibu Nursia Amir Katili mencoba berbicara padaku. Saat itu aku sudah kelas 3. Aku jadi memiliki waktu yang cukup untuk berbincang sore karena tak perlu lagi ikut kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Kebetulan saat di ruang saji, aku juga sedang duduk di dekat beliau. Ibu Amir saat itu mencoba pelan-pelan melakukan tanya- jawab denganku. Di tengah percakapan ia berkata, “Ri, kalau bisa saat doa makan, mulai dibimbing, kasih tahu ke teman dan adik-adikmu. Jangan lupa makan siangnya dihabiskan.” Di pikiranku saat itu, menghabiskan makan siang sepertinya bukan hal yang penting untuk diingatkan. Tapi, setelah lebih dari 10 tahun momen itu berlalu, kalimat tadi baru terasa penting. Fenomena di Finlandia (suomi), negara Nordik di Eropa Utara, mungkin bisa menjelaskannya. Finlandia adalah negara yang memiliki predikat pendidikan terbaik dunia. Mereka menerapkan makan siang secara gratis sejak tahun 1980. Dilans...

Menulis Memaksamu Membaca

Sebagian rekan saya mengatakan bahwa menulis itu susah dan ia menempatkan dirinya pada golongan yang tak dapat menulis. Kondisi ini sepertinya juga dialami oleh banyak orang. Benarkah demikian? Atau mereka hanya belum tahu cara memulai? Saya pribadi, jika kembali membaca tulisan lama, terbesit rasa malu, betapa bodohnya saya saat itu (walaupun sampai sekarang masih demikian). Pikiran menerawang akan rendahnya wawasan kala itu. Mata tak henti berkedip seirama senyum kecut yang mengembang sebagai respon rendahnya imajinasi masa lalu. Menerawang jauh sebelum memiliki keberanian untuk menulis di berbagai media, saat masih duduk di bangku sekolah. Pertanyaan yang kadang timbul, kenapa nilai bahasa Indonesia saya jelek ya? Lebih mudah mendapatkan nilai tinggi pada pelajaran IPA. Hal ini kemudian berakhir dengan kesimpulan bodoh. Hanya anak mading sekolah dan pengurus perpustakaan yang akan mendapatkan nilai yang bagus. Sebuah kenaifan masa lalu yang menyalahkan guru karena hasil tak sesuai ...